Mengikatkan Hati Dengan Guru


Habib Muhammad Al Bagir - Alm. Allahyarham Habib Munzir  selalu mengajarkan kita untuk mengikatkan diinya dengan guru. Kalau kita gak punya ikatan dengan guru, maka apa yang disampaikan beliau akan hilang dan lupa ketika kita keluar dari majelis. Tidak sedikit dari kita yang belajar tampak mendengarkan dan menyimak, tapi didalam hatinya muncul kesombongan “Ah ini sudah pernah disampaikan, ah ini sudah berulang kali” atau bahkan yang lebih buruk lagi muncul pertentangan dalam dirinya “Lho... kok guru yang dibahas ini, kok guru begini dan begitu” ini termasuk hal-hal yang menghal;angi ilmu yangbermanfaat.

Ilmu itu membuka mata hati. Ini tak bisa didapatkan kecuali dengan rasa takdim dan hormat pada guru. Ada sebagian murid yang mimpi gurunya masuk neraka, besoknya dia gak ngaji lagi. Sebagian lagi ada yang masih kuat hatinya sampai dia bermimpi gurunya menjadi ahli surga. Artinya apa? Ketulusan hati seorang murid pada gurunya. Nah, di zaman kita ini mulai berkurang sistem pendidikan mulai dari adabnya, akhlaknya. Tidak sedikit kita dengar ada murid pukul guru, murid bentak guru. Saya pernah ke madura di pondok pesantrenya saat ada mobil gurunya masuk tak ada murid yang berani bicara, semua kepalanya menunduk. Dulu saya waktu belajar di Cipayung sama Alm. Habib Munzir, gak ada yangberani bicara, teriak-teriak, shof pertama juga rapi waktu habib sholat. Lha zaman kita sekarang gurunya datang teriak-teriak, bercanda, ada yang panggil dari jauh “bib...bib...” harusnya murid yang datangi guru bukan teriuak-teriak dari jauh. Inilah yang terjadi sekarang, hormat dan adabnya sudah berkurang.

Baca Juga: Kelompok Yang Menegakkan Kebenaran dan Tak Takut Mati

Banyak orang ikut majelis sana-sini tapi sifat dan akhlaknya gak berubah, kenapa? Karena dia tidak tulus dan ikhlas mencari ilmu serta tidak memiliki rasa takdim. Dikisahkan, suatu hari Habib  Umar Al Athos (Shohibul Rotib Al Athos) duduk dengan murid-muridnya. Kemudian datang seseorang menghampiri Habib Umar untuk berbicara, tidak lama orang ini keluar. Kemudian Habib Umar bertanya “Tau gak kalian siapa orang tadi?” Muridnya berkata tidak tahu. Habib Umar menjawab “Itu Nabi Khidir As.” Mendengar ucapan Habib Umar langsung m,urid-muridnya keluar untuk mencari, kecuali 1 orang muridnya yaitu Syekh Ali Baros. Habib Umar tanya “Kenapa kamu masih disini, teman-temanmu pada keluar semua mencari Nabi Khidir?” Syekh Ali menajwab “Saya disini untuk memuliakan anda, karna waktu Nabi Khidir kemari, beliau mencium pundak anda, berarti kau mulia, dan kau adalah guru saya” Tidak berubah takdimnya kepada gurunya. Coba kalau di zaman kita sekarang? Gurunya di bicarakan dibelakang. Masha Allah... Kalau kita bicarakan orang lain saja dosa, apalagi ini biocarain guru yang didalamnya ada ilmu, keshalehan, ibadah, dsb.

Habib Muhammad bin Idrus Al Habsy ketika baca kitab di majelisnya, ada seorang memegang tasbih lalu dibuat dzikir. Kemudian beliau memandang orang tersebut dan berkata “Kita ini disini (mengaji) dalam keadaan baik / buruk? Kalau kita dalam keadaan baik kenapa antum tidak ikuiti? Kalau kita dalam keadaan tidak baik, kenapa antum tidak larang saya? Kalau antum mendengarkan sambil bertasbih, mana bisa manusia punya 2 hati” Mendengarkan ucapan tersebut, seketika orang tersebut meletakkan tasbihnya dan berhenti berdzikir. Ini sering kita temui, jama’ah sedang mengaji dia tasbihan. Ya memang tasbihan itu bagus tapi tempatnya untuk bahas ilmu bahas kitab, nanti tempatnya bertasbih , sholawat ada waktunya sendiri. Zaman kita sekarang bukan tasbih lagi, main handphone. Tasbih aja dilarang apalagi handphone. Waktu ngaji main game. “Ngaji ya ngaji game ya game gak papa yang penting hadir majelis” Ya benar hadir majelis dapat pahala tapi gak sempurna pahalanya

Ini nasehat, kalau kita salah jangan terus menerus. Ini untuk introspeksi buat kita, kalau perlu pergi majelis bawa kertas, kita tulis. Ini manfaat buat kita sampai akhir hayat. Bahkan kalau kita sudah gak ada, tulisan kita bisa dimanfaatkan oleh anak cucu kita. Jujur kita ini lali, kita jauh, kita kadang semangatnya kendor. Mudah-mudahan kita tambah semangat lagi

Sumber:
Habib Muhammad Al Bagir
Majelis Rasulullah SAW

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengikatkan Hati Dengan Guru"

Post a Comment