Nikmat dan Musibah
Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid - “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan
cukuplah Allah menjadi saksi.” (Q.S. An-Nisa’: 79)
Allah ingin memberitahukan bahwa nikmat yang mereka dapat datangnya dari
Allah SWT. Kita memastikan datangnya nikmat dari Allah karna salah satu nama
Allah adalah Al Mun’im (Maha Memberi Nikmat). Setiap nikmat yang seseorang
dapat, janganlah terpukau dengan nikmat walaupun dia yang berusaha, walaupun
dia yang bekerja, lalu membuat dia lupa pada yang memberi nikmat. Bahagian dari
kelalaian adalah lupa kepada yang memberi nikmat.
Dalam Surat Al Kahfi diceritakan 2 orang, yang 1 kaya yang 1 miskin.
Yang kaya punya kebun kurma, anggur dan
cukup cantik. Ketika si kaya mengajak temannya / adiknya masuk ke kebunya, dia
mengatakan “Saya tidak sangka kalau kekayaan yang saya punya akan habis,
mungkin saja kiamat tak terjadi” Kenapa dia bicara begitu ? Sebab kalau kiamat
ada maka habislah kekayaanya, bagaimana agar tak habis ? Dia memasang fikiran
dengan ketidak adaanya hari kiamat, sebab dia lupa dengan yang memberi nikmat
dan terpukau dengan kekayaanya. Kemudian temannya berkata “Tidakkah sepatutnya
wahai saudaraku, ketika masuk ke kebunmu yang indah subur, penuh dengan buah,
air mengalir dengan jernihnya, lalu tidakkah sepatutnya kamu mengatakan Masha
Allah...” Temannya mengigatkan supaya dia tidak lupa dengan yang memberi
nikmat. Maka hendaknya kita bilamana melihat nikmat baik itu kilangnya,
tanamanya, ternaknya, apa saja... lebih baik kita katakan “Masha Allah lahaula
wala kuata illa billa.” Ini sebagai perisai / benteng supaya tidak hancur.
Jangan sperti pemilik kebun tadi, yang berlaku akhirnya adalah dimusnahkan
semua dalam sekelip mata oleh Allah. Barulah dia sadar “Andai aku bersyukur
pada Allah”
Allah dalam ayat ini mengingatkan bahwa apa saja kenikmatan berupa
sehat, rezeki, apapun nikmatnya datangnya tetap dari Allah. Jangan jadi kacang
lupa kulitnya, maka kalau kita dapat nikmat ucapkan “Alhamdulillah” dan bila
melihat nikmat ucapkan “Masha Allah.”
Bilamana perkara buruk, musibah menimpa itu dari kita sendiri, karena
kesalahan kita sendiri / kemungkaran kita sendiri. Oleh karena itu bilamana
seseorang dihukum oleh Allah di dunia, itu merupakan bentuk kasih sayang Allah
kepada hamba, supaya dia menginsyafi kesalahanya dan supaya tidak dihukum kedua
kali di akhirat. Akan tetapi, bilamana seseorang melakukan kesalahan dan tidk
dihukum oleh Allah di dunia, maka hukumanya akan di takjil nanti di akhirat,
dan jangan tanya besarnya hukuman di akhirat.
Allah berfirman “Kami Allah sungguh dan pasti akan menyoal (menanya) golongan yang kami sudah utus seorang nabi
kepada mereka dan rasulnya pun juga akan soal (tanya)” Ayat ini diberitahukan
supaya kita sadar tak seorangpun akan terlepas dari soalan Allah walaupun
seorang nabi. Bukankah Allah berfirman tentang Nabi Isa As. “Wahai Isa putra
Maryam, adakah kamu mengatakan kepada kaum kamu untuk menjadikan aku (nabi isa)
dan ibu aku (Siti Maryam) sebagai Tuhan selain Allah ?” Kepada siapa soalan ini
? Kepada Nabi Isa, Kapan ? Nanti di akhirat, Siapa yang menyoal ? Allah... dan
kita pun juga akan didaftar untuk di soal.
Oleh karena itu apa saja yang datang dari rasul ambil, walaupun tidak
masuk di akal kita, walaupun tak masuk mdi logic (logika), ini adalah hak rasul
kepada umatnya. Kalau hak rasul ditunaikan, maka kata Rasulullah “Semua umatku
masuk surga, kecuali orang yang tak mau.” Sahabatpun heran lalu bertanya “Ya
Rasulullah, adakah yang tak mau masuk surga?” Beliau menajwab “Yang taat aku
masuk surga, yang tak taat aku maka ia termasuk orang yang tak mau masuk surga.”
Mudah-mudahan kita termasuk. Amiiin...
Allah mengkisahkan dalam Al Qur’an golongan yang mendakwa “Kami taat
padamu Ya Rasulullah” akan tetapi taatnya di mulut saja. Akan tetapi bilamana
dia keluar dari tempat Rasulullah, mereka menyimpan dalam hatinya tidak taat
pada Rasulullah. Padahal apa yang ada di mulu dan di hati tidak akan lepas dari
catatan Allah. Siapa yang mengetahuiu isi hati kita ? KIta dan Allah SWT.
jangan sekali kali apa yang ada di dalam hati ini terlepas dari Allah. Bukankah
ada Malaikat Hafadzoh yang mencatit dan menjaga setiap amal perbuatan manusia ?
Malulah sedikit dengan malaikat yang mencatat itu... Orang bisa saja tak
melihat, tapi ada malaikat yang bertugas mencatat. Kalau lah dengan malaikat
malu, apalagi dengan Allah.
Maka dari itu, bilamana ada lintasan di hati kita yang tak baik,
cepat-cepatlah kita tekan brake (rem / stop) karna ini dipantau, jangan simpan
perasaan tak baik. Coba kita bermuamalah dengan Allah, jangan bermuamalah
dengan manusia dengan berharap manusia puji, manusia sanjung pada kita. Ingin
dipuji ya dipuji Allah. Ingin disanjung, disanjung Allah. Dengan menjadikan
Allah pemantau pada kita dan bagaimana
agar Allah senantiasa suka dengan setiap keadaan kita
Sumber:
Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid
Darul Murtadza
0 Response to "Nikmat dan Musibah"
Post a Comment