Umat Islam dan Orang Kafir
Allah menceritakan bahwa orang
beriman itu adalah orang yang hatinya tidak menyanjung orang kafir. Adakah
orang yang tidak mencintai, menyanjung dan memberi support orang kafir bermakna
kita harus benci dan bermusuhan dengan mereka?
A. Hak Orang Kafir Kepada Umat Islam
1. Mendoakan Hidayah
Nabi Muhammad SAW pernah
mendoakan orang kafir “Ya Allah beri hidayah pada mereka, sesungguhnya mereka
tidak tahu.”
2. Menyampaikan Dakwah Kepada Mereka
Nabi Muhammad SAW pernah diraswah
/ ditawarkan harta yang banyak supaya berhenti berdakwah, akan tetapi beliau
menolak. Beliau berkata “Kalau mereka mampu meletakkan matahari ditangan kanan
dan bulan di tangan kiri, aku tak akan berhenti sehingga aku menyampaikan
dakwah ini dan Allah zahirkan agama ini / aku mati memperjuangkan agama.”
B. Mendoakan orang kafir
Suatu hari Nabi Muhammad pernah berbaring di daerah
ka’bah, kemudian dating sahabat dan berkata “Ya Rasulullah, kenapa kau tak
berdoa pada Allah supaya datang bala’ kepada orang musyrik ini?” Beliau pun
langsung berdiri dalam keadaan marah dan bersabda “Sesungguhnya umat sebelum
kamu disiksa oleh oaring-orang kafir, sampai salah seorang dari mereka
diletakkan gergaji an dibelah menjadi dua, tapi mereka tidak keluar dari agama
mereka sendiri, tapi kamu memiliki sifat tergesa-gesa.” Kita mengambil
pelajaran bahwa kita tak tahu penghujung hidup seseorang kedepan yang mungkin
saja mendapatkan hidayah, sebagaimana sahabat-sahabat nabi yang dulu juga
mendapat hidayah. Kita tak boleh melangkahi Allah, kecuali kita mendoakan orang
kafir dengan “Ya Allah, bila orang kafir ini tak bisa lagi dapat hidayah, lebih
baik hancurkan dia.” Tapi jangan kita menjadi hakim, serahkan semua pada Allah.
C. Hubungan Orang Islam dan Orang Kafir
Islam meletakkan system
perhubungan antara orang islam dengan orang kafir. Bagi mereka yang tidak
memerangi kepada islam, mereka bukanlah musuh. Akan tetapi, sikap kita bilamana ada orang kafir yang memerangi
Islam, maka dia adalah musuh. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa yang
membunuh kafir dhimmi, maka dia tidak akan diampunkan dosanya dan
dicampakkan oleh Allah.” Dalam hubungan bersama orang bukan islam, mungkin
dengan keluarga, mungkin teman yang bukan islam, maka Allah memerintahkan
kepada umat islam supaya jika kita mendengar orang kafir yang menghina
ayat-ayat Allah, kita dilarang duduk dengan mereka. Kemudian kalau kita melihat
orang kafir yang mencela ayat-ayat Allah, maka kita diutus untuk berpaling dari
mereka. Sebagaimana Allah berfirman:
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ
آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ
حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ
“Sungguh Dia telah menurunkan kekuatan kepada kalian di dalam
kitab bahwa jika kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari atau dihina (oleh
orang kafir), maka janganlah duduk bersama mereka sampai mereka membicarakan
hal lain. Karena sesungguhnya (jika kalian tetap duduk bersama mereka), sungguh
kalian seperti mereka” (QS. An
Nisa’: 140)
Dari ayat diatas
kita mengambil iktibar;
1. Kita Harus
Merasa Bangga Dengan Agama
Agama punya hak
kepada kita untuk dijaga kehormatannya supaya tidak dijadikan bahan mainan dan
lelucon oleh orang kafir. Sehingga kita jangan mudah bertoleransi karna segan
dengan orang kafir yang mana kita memiliki kepentingan dengannya. Ini adalah
batasan yang tak ada toleransi. Misal: Mungkin dia boss di kantor / kita punya
bisnis dengan mereka. Bilamana dia mencela agama islam maka kita tinggalkan
dia. Bicara bisnis ya bisnis, jangan sampai menyentuh aqidah. Bagi yang tak
tergores hatinya akan merasa “Yang penting bisnisku jalan, pocketku penuh,
dapurku nyala.” Jangan hanya karna urusan dunia lalu kita diam saat marwah
agama kita dijatuhkan. Mana yang patut kita banggakan, dunia / agama kita? Jadi
tinggalkan duduk dengan mereka bila dia menghina ayat-ayat Allah, stop
pembicaraanya. Kalau kita duduk dengan mereka, maka kita sama seperti mereka
walaupun kita tak ikut berbicara. Kita ikut berdosa sebab kita diam
2. Larangan
duduk dengan mereka
Maksud larangan
duduk adalah jangan duduk ketika mereka sedang mengolok-olok agama, tapi bila
tidak mengolok-olok, seperti rehat, santai, minum kopi tidak apa-apa, justru
itu adalah kesempatan kita menyampaikan dakwah. Selain itu, duduk dengan mereka
diperbolehkan bilamana mereka membicarakan agama dan ada yang salah dalam
memahami islam, disitu kita wajib untuk menegur dan membenarkannya.
Orang kafir
bilamana mereka mengolok-olok agama, lalu kita diam saja, maka ini akan menjadi
trend bagi yang lain untuk mengolok-olok islam. Ini terjadi sebab umat islam
diam, sebab orang islam tidak merasa tergores. Tapi bila orang islam mengambil
sikap tegas, maka mereka akan berpikir 1000x untuk mengolok-olok islam.
Sumber:
Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid
Darul Murtadza
Darul Murtadza
0 Response to "Umat Islam dan Orang Kafir"
Post a Comment