Umat Islam dan Orang Kafir

ahok hina al ma'idah 51

Allah menceritakan bahwa orang beriman itu adalah orang yang hatinya tidak menyanjung orang kafir. Adakah orang yang tidak mencintai, menyanjung dan memberi support orang kafir bermakna kita harus benci dan bermusuhan dengan mereka? 

A. Hak Orang Kafir Kepada Umat Islam

1. Mendoakan Hidayah
Nabi Muhammad SAW pernah mendoakan orang kafir “Ya Allah beri hidayah pada mereka, sesungguhnya mereka tidak tahu.”

 2. Menyampaikan Dakwah Kepada Mereka
Nabi Muhammad SAW pernah diraswah / ditawarkan harta yang banyak supaya berhenti berdakwah, akan tetapi beliau menolak. Beliau berkata “Kalau mereka mampu meletakkan matahari ditangan kanan dan bulan di tangan kiri, aku tak akan berhenti sehingga aku menyampaikan dakwah ini dan Allah zahirkan agama ini / aku mati memperjuangkan agama.”

B. Mendoakan orang kafir

Suatu hari  Nabi Muhammad pernah berbaring di daerah ka’bah, kemudian dating sahabat dan berkata “Ya Rasulullah, kenapa kau tak berdoa pada Allah supaya datang bala’ kepada orang musyrik ini?” Beliau pun langsung berdiri dalam keadaan marah dan bersabda “Sesungguhnya umat sebelum kamu disiksa oleh oaring-orang kafir, sampai salah seorang dari mereka diletakkan gergaji an dibelah menjadi dua, tapi mereka tidak keluar dari agama mereka sendiri, tapi kamu memiliki sifat tergesa-gesa.” Kita mengambil pelajaran bahwa kita tak tahu penghujung hidup seseorang kedepan yang mungkin saja mendapatkan hidayah, sebagaimana sahabat-sahabat nabi yang dulu juga mendapat hidayah. Kita tak boleh melangkahi Allah, kecuali kita mendoakan orang kafir dengan “Ya Allah, bila orang kafir ini tak bisa lagi dapat hidayah, lebih baik hancurkan dia.” Tapi jangan kita menjadi hakim, serahkan semua pada Allah.

C. Hubungan Orang Islam dan Orang Kafir

Islam meletakkan system perhubungan antara orang islam dengan orang kafir. Bagi mereka yang tidak memerangi kepada islam, mereka bukanlah musuh. Akan tetapi, sikap kita  bilamana ada orang kafir yang memerangi Islam, maka dia adalah musuh. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa yang membunuh kafir dhimmi, maka dia tidak akan diampunkan dosanya dan dicampakkan oleh Allah.” Dalam hubungan bersama orang bukan islam, mungkin dengan keluarga, mungkin teman yang bukan islam, maka Allah memerintahkan kepada umat islam supaya jika kita mendengar orang kafir yang menghina ayat-ayat Allah, kita dilarang duduk dengan mereka. Kemudian kalau kita melihat orang kafir yang mencela ayat-ayat Allah, maka kita diutus untuk berpaling dari mereka.  Sebagaimana Allah berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ
“Sungguh Dia telah menurunkan kekuatan kepada kalian di dalam kitab bahwa jika kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari atau dihina (oleh orang kafir), maka janganlah duduk bersama mereka sampai mereka membicarakan hal lain. Karena sesungguhnya (jika kalian tetap duduk bersama mereka), sungguh kalian seperti mereka” (QS. An Nisa’: 140)

Dari ayat diatas kita mengambil iktibar;

1. Kita Harus Merasa Bangga Dengan Agama
Agama punya hak kepada kita untuk dijaga kehormatannya supaya tidak dijadikan bahan mainan dan lelucon oleh orang kafir. Sehingga kita jangan mudah bertoleransi karna segan dengan orang kafir yang mana kita memiliki kepentingan dengannya. Ini adalah batasan yang tak ada toleransi. Misal: Mungkin dia boss di kantor / kita punya bisnis dengan mereka. Bilamana dia mencela agama islam maka kita tinggalkan dia. Bicara bisnis ya bisnis, jangan sampai menyentuh aqidah. Bagi yang tak tergores hatinya akan merasa “Yang penting bisnisku jalan, pocketku penuh, dapurku nyala.” Jangan hanya karna urusan dunia lalu kita diam saat marwah agama kita dijatuhkan. Mana yang patut kita banggakan, dunia / agama kita? Jadi tinggalkan duduk dengan mereka bila dia menghina ayat-ayat Allah, stop pembicaraanya. Kalau kita duduk dengan mereka, maka kita sama seperti mereka walaupun kita tak ikut berbicara. Kita ikut berdosa sebab kita diam

2. Larangan duduk dengan mereka
Maksud larangan duduk adalah jangan duduk ketika mereka sedang mengolok-olok agama, tapi bila tidak mengolok-olok, seperti rehat, santai, minum kopi tidak apa-apa, justru itu adalah kesempatan kita menyampaikan dakwah. Selain itu, duduk dengan mereka diperbolehkan bilamana mereka membicarakan agama dan ada yang salah dalam memahami islam, disitu kita wajib untuk menegur dan membenarkannya.

Orang kafir bilamana mereka mengolok-olok agama, lalu kita diam saja, maka ini akan menjadi trend bagi yang lain untuk mengolok-olok islam. Ini terjadi sebab umat islam diam, sebab orang islam tidak merasa tergores. Tapi bila orang islam mengambil sikap tegas, maka mereka akan berpikir 1000x untuk mengolok-olok islam.

Sumber:
Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid
Darul Murtadza

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Umat Islam dan Orang Kafir"

Post a Comment