Persaudaraan Didasari Iman


Persaudaraan yang istimewa adalah persaudaraan iman. Nabi SAW ketika beliau ingin beristinja’ yang dibawakan 2 batu dan 1 tulang. Tulang tersebut tidak dipakai untuk beristinja’ oleh beliau, beliau bersabda: “Ini adalah makanan dari saudara kamu dari golongan jin.” Kenapa beliau mengatakan kita saudara jin? Ya, karena iman yang mempersaudarakan kita dengan jin. Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, kita bersaudara dengan malaikat karena sama sama beriman pada Allah. Kita dan juga jin sama sama makhluk mukallaf. Apa itu mukallaf? Diperintah oleh Allah wajib taat, wajib patuh

Hakikat mencintai saudara seperti kita mencintai diri sendiri adalah bilamana saudara kita mendapat nikmat maka secara otomatis kitapun juga suka bilamana nikmat tersebut juga datang pada kita, dan juga bilamana perkara buruk datang pada saudara kita maka pun juga tak teringin perkara terburuk terjadi pada kita. Cinta pada saudara itu adalah dengan cinta meskipun kita tak kenal kepadanya, entah dia di luar negara atau apa, akan tetapi cinta tersebut terjadi karena mereka adalah orang islam juga dan seiman juga dengan dia. Kemudian, apakah maksud Nabi untuk mencintai saudara kita? Dalam hal ini maksudnya adalah cinta pada orang yang seagama secara general walaupun kita tak kenal. Bagaimana mencintai orang yang tidak dikenal? Seperti awal tadi, yakni menginginkan kebaikan terjadi pada kita sebagaimana orang lain mendapat kebaikan sebagaimana.

Nabi SAW bersabda: “Umpama hubungan orang beriman dangan orang beriman lainnya adalah umpama 1 badan. Kalau 1 anggota tubuh sakit maka semua juga ikut sakit.” Kita kalau sakit gigi, ingin makan sakit, ingin tidur tak nyenyak, bicara sakit. Begitulah seharusnya hubungan sesama umat islam bilamana 1 sakit maka yang lain juga sakit. Hadits ini intinya adalah untuk mengajak mempererat persaudaraan. Hakikat persaudaraan itu akan nampak bilamana tak ada saling hasad, tidak ada dengki mendengki, tidak ada merugikan satu sama lain dan tidak ada saling merendahkan satu sama lain. Itu semua adalah virus yang jadi sebab kurang sempurnanya iman dalam hal persaudaraan, apa yang terjadi sekarang adalah fakta yang kita nampak. Kalau ada orang beni dengan kita, ada yang hasad jangan balas benci dan hasad. Kurang kurang kalau ada orang ingin memperkeruh hubungan, maka jangan kita tambah keruh hubungan itu. Sebab kalau kita ikut memperkeruh maka kit juga ikut tidak sempurna imannya.  Kurang kurang kalau ada kekurangan iman biar dia saja jangan pada diri kita.

Nabi bersumpah: “Demi nyawaku yang ada di tangannya, tidak sempurna iman kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya berbandingkan ayah dan juga anaknya (di riwayat lain: lebih daripada seluruh manusia).” Ini adalah cinta yang harus dipaksa dan wujudkan bukan cinta di mulut saja. Suatu hari di zaman Rasulullah ada orang suka minum arak, lalu di cambuk, lalu dia minum arak lagi sampai 3 kali di cambuk lagi, lalu Sayyidina Umar mengatakan: “Dia ini sudah berapa kali di datangkan untuk cambuk karena perbuatan yang sama.” Rasulullah berkata: “Orang ini cinta pada Allah dan Rasulnya.” Padahal ia bermaksiat pada Allah. Antara perbuatan dan yang bersembunyi di dalam hati berbeda. Bukan berarti orang yang bermaksiat itu tidak cinta Allah dan Rasulnya, akan tetapi dia sebagai manusia yang tergelincir pada perbuatan maksiat. Orang yang minum arak itu tadi dia cinta juga dengan Allah dan Rasulnya, akan tetapi dia kalah dengan hawa nafsunya karena dia manusia biasa yang bisa juga tergelincir maksiat. Jadi tidak boleh kita menghukum seseorang melalui perbuatan pasti sama dengan apa yang ada didalam. 2 hal yang penting disini adalah cinta dan perbuatan. Keduanya adalah ada hubung kaitnya akan tetapi tidak boleh disamakan. Cinta adalah perbuatan hati yang ikut perbuatan tubuh. Bilamana keduanya ini ada bersama maka memang sempurna orang ini

(Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid - Darul Murtadza)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Persaudaraan Didasari Iman"

Post a Comment