Adab Persahabatan II
Imam Al Ghazali mengatakan: “Jangan
engkau melihat ke arah samping, jangan banyak menoleh ke belakang, serta jangan
memperhatikan kelompok-kelompok orang. Apabila engkau duduk, maka duduklah
dengan tidak tergesa-gesa. Hindarilah memasukkan jari-jarimu ke dalam jari-jari
yang lain, memai-nkan janggut atau memainkan cincinmu, membersihkan gigi,
memasukkan jari ke hidung, banyak meludah, mengusir lalat dari wajah, serta
hilir-mudik di depan orang-orang dan di dalam salat” Ini adalah
bagian dari ada-adab saat bersama teman"
Kadang-kadang
kitapun lupa lalu melakukan perbuatan yang diluar kawalan / kendali yang tak
sepatutnya kita lakukan disekitar teman-teman kita. Seperti contohnya saat kita
bergurau, tidak sepatutnya seseorang itu, apalagi ia adalah seorang yang
beriman, seorang pelajar agama, lalu dia bergurau dengan mengeluarkan angin
agar menjadi gelak ketawa bagi teman-temannya. Sering sekali hal ini dilakukan
dan perkara ini dianggap sesuatu yang wajar, sedangkan Imam Ghazali mengatakan
bahwa tidak digalakkan seseorang menghulurkan kakinya sementara dia berada di
tempat yang banyak orang.
Dalam Kitab Syamail, Rasulullah SAW
menceritakan bahwa beliau tidak akan menghulurkan kakinya di depan para
sahabatnya, walaupun beliau seseorang yang muliah. Bahkan kalaupun beliau
melakukan itupun juga tak apa karena kedudukan beliau di sisi Allah. Akan
tetapi beliau ingin menjaga adab-adab dalam bersahabat. Dahulu itu, bilamana
ada yang mengganjal dalam mulut dan ingin dibersihkan maka digunakan tangan
kiri untuk menutup mulut dan tangan kanan untuk mengorek / membersihkan sesuatu
yang mengganjal dalam mulut itu. Perkara-perkara seperti itu yang tampaknya
biasa akan tetapi itu merupakan adab-adab saat bersama teman. Tunjukkan adab
kita pada teman, walaupun teman kita buat hal yang tak sopan tapi jangan kita
ikut seperti dia. Kata pepatah “Jangan kamu jadi orang pa turut” orang lain
kita buat juga, kalau itu baik oke lah, kalau tak baik jangan dibuat.
“Duduklah dengan tenang.
Aturlah bicaramu dan dengarkan ucapan yang baik yang datang dari orang lain
dengan tidak keterlaluan dalam menunjukkan kekaguman. Jangan memintanya untuk
mengulang. Berpalinglah dari pembicaraan yang membuat tawa dan yang berupa
kisah. Jangan engkau beritakan kekagumanmu tentang anakmu. Juga, jangan kau
sampaikan syair, pembicaraan, tulisan, serta semua yang khusus untukmu”
Sebagian orang bilamana menceritakan
keberhasilan anaknya, dalam ujian misalnya “Anak aku dapat 100 lho” Hal ini
memang merupakan sesuatu yang membanggakan, akan tetapi dia mesti tahu kepada
siapa ia menceritakan. Memberikan berit gembira
memang bukan termasuk bagian daripada pamer (menunjuk-nunjuk keberhasilan) akan
tetapi merupakan bagian dari memasukkan kabar gembira agar orang lain juga
turut gembira. Kalau yang dapat 100 tadi cerita pada orang yang anaknya dapat
30, ya tentu dia kecil hatilah. Mengabarkan kabar gembira tidak kepada semua
orang. Barangkali kalau dapat nilai baik dalamujian bisa diceritakan kepada
ayahnya, pamannya, kakeknya, akaknya atau pada gurunya supaya gurunya gembira
kalau ternyata ilmu yang diajarkan dapat diterima. Tidak juga dibenarkan
bilamana menceritakan keberhasilan yakni untuk menunjukkan kehebatan dirinya
dibanding orang lain, hal ini merupakan bagian dari ghrur, sombong, ta’ajub.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Usahakan kamu menyembunyikan kelebihan nikmat yang
Allah beri kepadamu, orang yang diberi nikmat itu pastiada orang lain yang
tidak suka yang pada akhirnya memiliki sifat hasad dan dengki” Jadi sebisa mungkin
sembunyikan nikmat untuk mengelak orang lain memiliki hasad dan dengki. Akan
tetapi bila menceritakan nikmat dengan niat tidak untuk sombong, tidak untuk
menunjukkan sifat bangga diri maka tak ada masalah.
“Jangan berhias seperti
wanita. Jangan merendahkan diri seperti seorang budak. Jangan terlalu banyak
bercelak dan dipoles. Jangan memaksa ketika butuh dan jangan menghasung orang
lain untuk berbuat lalim.”
Intinya adalah bersikap sederhana, dan
bagian dari pada adab persahabatan adalah sabar dari sikap kurang sopan teman
kita. Imam Ghazali juga mengatakan: “Jangan terlalu lama berdiri didepan cermin
untuk berhias” Laki-laki itu express, tidak seperti perempuan. Nabi SAW tiap
bermusafir kerap membawa cermin, tapi beliau tidak sering bercermin. Jangan
memakai pakaian yang kusut sedangkan kita punya pakaian yang baik. Sesungguhnya
Allah itu suka kepada hamba yang bilamana diberikan nikmat maka dia dzahirkan
nikmat itu, maksudnya mendzahirkan adalah dia memanfaatkan nikmat itu bukan
dengan menunjuk-nunjukkan nikmat. Apalagi jika diberi nikmat harta, didepan
teman kita tunjuk susah saja... datang teman belum cerita apapun kita sudah
“Eh, aku susah lah hari ini” Jangan tunjuk susah kalau tidak susah, nanti susah
betul.
“Jangan engkau memberitahukan jumlah harta
kekayaanmu kepada salah seorang keluargamu, kepada anakmu, apalagi kepada orang
lain. Karena, jika mereka melihatnya sedikit, engkau akan hina di mata mereka
dan jika banyak, mereka tak akan senang kepadamu. Hindari mereka tapi tidak
dengan sikap keras. Lembutlah pada mereka tapi tidak dengan sikap lemah. Jangan
engkau candai ibumu atau budakmu, karena dengan demikian harga dirimu bisa
jatuh. Apabila engkau berselisih maka tetap jaga wibawa dan kehormatan. Jangan
sampai engkau berbuat jahil dan tergesa-gesa. Berpikirlah terlebih dahulu
sebelum mengeluarkan argumen. Jangan banyak menunjuk dengan tangan. Jangan
banyak menoleh ke orang di belakangmu. Jangan berlutut. Apabila
marahmu telah mereda, baru berbicara. Jika sultan atau penguasa mendekatimu,
engkau harus betul-betul waspada terhadapnya. Hindarilah teman yang ada maunya,
karena ia musuh yang paling utama. Dan jangan sampai engkau lebih memuliakan
harta ketimbang kehormatanmu”
Bilamana ada perselisihan dengan teman,
maka jangan mudah emosi. Orang yang sedang dalam keadaan marah maka bisa
menutup akal fikirannya untuk mengambil tindakan yang waras. Alihkan
pandangannya dan lari dari tempat itu. marah mampu membuat kita melakukan
tindakan yang tak lurus. Bahkan oranh yang hebatpun bisa kalah dengan marah.
Allah mengisahkan Nabi Musa yang kembali setelah berjumpa dengan Allah selama
40 hari dengan membawa batu yang ada tulisan firman Allah SWT. Nabi Musa
melihat kaumnya yang menyembah lembu buatan, maka beliau melemparkan batu yang
bertuliskan firman Allah itu dalam keadaan marah. Barulah setelah amarah Nabi
Musa reda, diambillah Batu itu. Inilah bahaya dari emosi / amarah, yang
bilamana tak dikawal maka tindakan diluar akal bisa dibuat. Nabi Muhammad SAW
berkata: “Kalau seseorang itu marah hendaknya dia berwudhu” karena marah
datangnya dari syaiton, syaiton daripada api, dan tak ada yang mampu memadamkan
api kecuali air. Bukan orang yang kuat, orang yang pandai dalam bergulat. Akan
tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengawal dirinya saat dia dalam
keadaan marah. Khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Kalau satu sedang naik,
yang satu jadi sejuk supaya keadaan jadi baik lalu bicara baik-baik. Tapi kalau
ini marah itu marah, api ketemu api tambah membuat masalah yang lebih
merusakkan hubungan. Maka hendaklah kita pandai dalam mengawal marah menurut
definisi Nabi Muhammad SAW
(
Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid - Darul Murtadza )
0 Response to "Adab Persahabatan II "
Post a Comment