Makna Bid'ah Lengkap Dengan Dalilnya

hadits tentang bid'ah
Definisi
Bid’ah adalah hal baru yang tidak pernah dilakukan pada zaman sebelumnya. Disini kita memfokuskan bid’ah pada sesuatu yang berkaitan dengan amalan / ibadah seseorang, sehingga akan dikatakan bid’ah bilamana amalan dan ibadah tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak disyariatkan dalam Al Qur’an dan Sunnah. Bilamana seseorang melakukan beramal dengan yang tidak pernah di lakukan Nabi Muhammad SAW secara otomatis amalnya tidak diterima. Sebagaimana hadits beliau SAW bersabda

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Merujuk dari hadits diatas dapat kita simpulkan bahwa semua amalan akan ditolak bila tidak berasal dari Allah dan RasulNya.Akan tetapi bila pernah disampaikan dan dicontohkan oleh Allah dan Rasulullah maka amalan itu diterima

Hadits Nabi Tentang Bid’ah
Ini adalah kumpulan hadits rasulullah yang membahas tentang bid’ah

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim)

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi)

“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya.”  (HR. Ath Thabrani)

“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Tirmidzi)

Memahami Hadits

Kita tidak pungkiri permasalahan bid’ah ini sangat sensitif dalam masalah perbedaan pendapat. Oleh karena itu disini saya sebagai hamba yang lemah hanya menukil ucapan ulama yang ahli dibidangnya. Telah saya paparkan beberapa hadits nabi tentang bid’ah, lalu bagaimana cara memahaminya? Disini saya menukil ungkapan ulama besar dan ilmunya luas asal Mekkah, yaitu Al Imam DR. Muhammad Al Maliki. Beliau mengatakan dalam kitabnya “Mafahim Yajib An Tushahhah”

“Kita menemukan banyak hadis yang untuk memahaminya perlu ada kecermelangan akal, kecerdasan intelektual dan pemahaman yang dalam serta disertai hati yang sensitif yang pemaknaan dan pemahamannya didasarkan pada lautan syariat islam, sambil memperhatikan situasi dan kondisi umat islam dan berbagai kebutuhannya. Situasi dan kondisi umat memang harus diselaraskan dengan batasan-batasan kaidah islam dan teks-teks Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.”

Dalam hal ini Syekh mengajarkan kita dalam memaknai hadits perlu pemahaman yang dalam dan memperhatikan keadaan umat islam dengan syarat tidak melanggar kaidah Al Qur’an dan Sunnah. Kemudian beliau mencontohkan cara memahami sebuah hadits sesuai teori yang beliau sampaikan diatas. Berikut hadits tersebut. Rasulullah bersabda:

“Tidak ada shalat dengan (tersedianya) makanan.”

Abuya DR. Sayyid Muhammad Al Maliki menyatakan “Maksud hadits tersebut adalah sholatnya tidak sempurna jika makanan sudah dihidangkan / tersedia. Seperti itulah pendekatan / metode yang harus digunakan untuk memahami hadits.” Sehingga mungkin sholatnya bis tak khusyu’ terbayang makanan, bisa juga sholatnya dibuat cepat karna ingin segera makanan. Oleh karna itu beliau menafsirkan sholatnya tidak sempurna, bukan tidak perlu / tidak ada sholat. Kemudian beliau juga mencontohkan beberapa hadits lagi. Rasulullah SAW. bersabda

”Tidak akan masuk surga pemutus hubungan tali persaudaraan.” (HR. Bukhori)

“Tidak akan masuk surga pengadu domba.” (HR. Bukhori – Muslim)

DR. Sayyid Muhammad Al Maliki mengatakan bahwa “Yang dimaksud tidak masuk surga itu adalah tidak masuk surga secara baik dan utama atau tidak masuk surga jika menganggap halal / bolehnya melakukan perbuatan munkar (memutus silaturahim dan adu domba) tersebut.” Setelah mencontohkan metode memahami hadits, beliau melanjutkan “Maka harus seperti itulah memahami hadits tentang bid’ah.”

Intinya beliau ingin memberi tahu kepada umat islam bahwa dalam memahami hadits jangan dipahami secara teks atau redaksional tapi perlu metode dan pendekatan yang dalam, dan hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang.

Pendapat Ulama Tentang Bid’ah

Dalil tentang bid’ah juga muncul dari pendapat para ulama. Berikut kami berikan pendapat ulama tentang bid’ah, sebenarnya masih ada banyak tapi untuk menyingkat waktu kami berikan 3 pendapat ulama mahsyur

1. Imam Syafi’i: “Bid‘ah itu ada dua macam: Bid‘ah yang terpuji dan bid‘ah tercela. Apa yang sesuai dengan Sunnah itu terpuji dan apa yang bertentangan itu tercela.” (Riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah IX : 121)

2. Imam Al Ghazali: “Hakikat bahwa ia adalah perkara baru yang diadakan tidaklah menghalanginya untuk dilakukan. Banyak sekali perkara baru yang terpuji, seperti sembahyang Terawih secara berjama’ah, ia adalah bid‘ah yang dilakukan oleh Sayyidina`Umar, tetapi dipandang sebagai Bid’ah yang baik (Bid‘ah Hasanah). Adapun Bid’ah yang dilarang dan tercela, ialah segala hal baru yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAW atau yang bisa merubah Sunnah itu.” (Ihya’ `Ulumiddin, I : 276)

3. Imam Ibn Hajr Al Asqolani: “Kalimat ‘bid‘ah’ berarti sesuatu yang dibuat tanpa ada contoh sebelumnya. Lalu kalimat itu digunakan dalam istilah Syari‘at sebagai lawandari Sunnah, dan karena itulah iapun menjadi tercela. Namun, jika diteliti(ternyata tidak mesti seperti itu), sekiranya hal baru tersebut termasuk halyang digalakkan oleh Syari‘at maka ia adalah Bid‘ah yang baik (Bid‘ah Hasanah),jika ia termasuk hal yang dibenci maka ia adalah Bid‘ah buruk (mustaqbahah). Selain dari itu adalah Bid’ah yang boleh (mubah). Bid’ah juga bisa dibagi menjadi lima kategori.” (Fath al-Bari, V :156-157.)

Macam-Macam Bid’ah
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Macam-macam bid’ah dibagi menjadi 2 yakni:

1. Bid’ah Hasanah (Bid’ah yang baik dan membawa manfaat, sesuai landasan syar’i, tidak membuat amalan baru, amalan bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah)

2. Bid’ah Dholallah (Lawan dari Bid’ah Hasanah sehingga membawa kemudhorotan)

Contoh Bid’ah Dalam Kehidupan Sehari-hari
Kami berikan contoh bid’ah hasanah dan penjelasan singkat yang bid’ah ini biasa dilakukan masyarakat dan tentunya tidak melanggar Al Qur’an dan Sunnah. Adapun Dalil pelaksanaanya akan kami bahas di lain artikel

1. Tahlilan
Tahlilan adalah suatu amalan yang dilakukan bersama beberpa orang dengan tujuan mengirim do’a kepada orang yang sudah wafat. Isi dari tahlil adalah membaca surat-surat Al Qur’an, yasin, dan dzikir.

2. Maulid Nabi
Maulid Nabi adalah kegiatan mengenang kelahiran manusia teragung Nabi Muhammad. Maulid diisi dengan sholawat, membacakan sejarah kelahiran, perjuangan dan kemuliaan beliau, dan taklim. 

3. Sholat Tarawih
Tarawih dari zaman Sayyidina Umar bin Khattab sampai tarawih zaman sekarang adalh dengan cara berjama’ah. Adapun yang tarawih dengan sendirian juga tidak apa-apa

4. Dzikir bersama
Dzikir secara bersama-sama biasa dilakukan setelah sholat berjama’ah. Dzikir dipimpin oleh imam kemudian makmum mengikuti. Setelah selesai ditutup dengan do’a dan makmum mengaminkan

5. Adzan 2x di Sholat Jum’at
Adzan yang kedua biasa dilakukan setelah melakukan sholat sunnah qobliyah jum’at

Itulah pembahasan seputar bid’ah, adanya artikel ini bukan untuk saling berdebat dengan yang anti bid’ah, akan tetapi untuk menjelaskan saja supaya kita hidup saling menghormati. Sesama umat islam wajiblah bersatu diantara perbedaan amaliyah. Silahkan bagi yang melakukan bid’ah hasanah lakukanlah sesuai dalil-dalil yang sudah diajarkan dan jangan mengolok-olok dan memaksa orang yang anti bid’ah hasanah untuk ikut beramal seperti dirinya. Bagi yang tidak setuju dengan adanya bid’ah hasanah silahkan anda beramal dengan cara dan dalil yang anda yaini dan jangan memaksa orang harus ikut cara anda serta jangan mengolok-olok yang tidak sepaham dengan anda. Umat islam harus bersatu jangan ada lagi perpecahan.

Sebagai penutup saya ingin mengutip ucapan guru saya, Al Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid: “Masing-masing memiliki dalil. Jangan gunakan dalil untuk menghantam perbuatan (amal) orang lain. Orang yang anda hantam dengan dalil itupun punya dalil juga. Kalau hal itu terjadi maka terjadilah saling hantam menghantam dalil. Sedangkan dalil adalah sesuatu yang suci dan mulia yang tidak mungkin ada perselisihan atau kontradiksi satu sama lain.”

Semoga bisa jadi manfaat dan semakin erat ukhuwah islamiyah kita. Amiin

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Makna Bid'ah Lengkap Dengan Dalilnya"