Dalil Bid'ah Hasanah

dalil tentang tahlilan
Disini kami berikan dalil-dalil berkenaan dengan contoh bid'ah dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap sebagai bi'd'ah dan sesat oleh kelompok lain. Hendaknya sebelum menghukum sesuatu kita dalami dan fahami dulu agar kita tidak terburu-buru menghakimi seseorang. Rasulullah diperintahkan untuk mengajak orang masuk islam. Apakah kita mau mengurangi jumlah umat islam? Introspeksi dulu, tabbayun dulu sebelum menyesatkan orang lain. Guru Kami DR. Buya Yahya berulang kali menegaskan "Anda tahlilan, maulidan ya mangga (silahkan), kalau engga ya mangga. Yang tahlilan, maulidan punya dalil. Yang enggak juga punya dalil. Gak perlu ribut soal khilafiyah." Berikut amalan-amalan tersebut beserta dalilnya
1. Tahlil
Tahlil berisikan kegiatan dzikir bersama untuk mendoakan keluarga, teman, sahabat atau siapapun yang sudah meninggal. Kalau ada yang mengatakan tahlilan bid'ah dan sesat maka dia perlu mengkaji dulu. Apakah berdzikir itu sesat? apakah membaca ayat al qur'an itu sesat, apakah Istihfar dan sholwat itu sesat. Itu adalah isi dari tahlil, jadi berhentilah menyesatkan orang tahlilan. Mereka itu saudara kita juga. Berikut salah satu dalil tahlilan, yang langsung diambil dari Al Qur'an

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr: 10)

Ayat diatas membuktikan bahwa dibolehkannya mendoakan orang yang masih hidup maupun sudah wafat. Jadi aneh kalau tahlil yang diisi dengan bacaan-bacaan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah justru diolok-olok dan disesat sesatkan

Muncul pertanyaan adakah dalil tentang selamatan 1000 hari orang meninggal menurut islam dan juga tahlil 7 hari, hari ke-40, hari ke-100? Apa itu tidak menyamai orang hindu? Orang hindu memang berbuat sperti itu, akan tetapi perlu diketahui bahwa Rasulullah juga membolehkan membuat waktu yang sama tapi amalan berbeda, berikut dalilnya

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad, melebihi puasa pada hari-hari yang lain. Beliau bersabda: “Dua hari itu adalah hari raya orang-orang Musyrik, aku senang menyelisihi mereka.” (HR. Ahmad)

Sudah jelaslah bahwa Rasulullah melakukan amalan diwaktu yang sama seperti orang musyrik tapi diisi dengan amal kegiatan yang baik. Begitulah dalil tahlil maupun selamatan 1000 hari orang meninggal

2. Maulid Nabi
Maulid adalah ekspresi kecintaan akan lahirnya manusia termulia yang akan memberikan syafa’at untuk umat islam yang diisi dengan pembacaan sholwat, sejarah nabi, kemuliaan dan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW. Jadi agak lucu jika acara maulid yang mengingatkan umat islam tentang Nabinya justru dikatakan bid’ah yang sesat. Padahal semakin hari, khususnya anak-anak muda semaki banyak yang tak tau bagaimana nabinya, mereka hanya mengenal nama tapi tak mengenal pribadi beliau. Mereka lebih mengidolakan artis, penyanyi, pemain sepak bola yang tak mampu berbuat apa-apa kelak di akhirat. Dalil Maulid sangat jelas pada ayat Al qur’an

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)

إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Azhab: 56)

3. Tarawih
Tarawih berjama’ah adalah inisiatif dari sahabat umar bin khattab. Kalau sholat tarawih disebut bid’ah maka Sayyidina Umarlah pelaku bid’ah pertama. Berikut ungkapan beliau

Dari Abdurrahman bin Abdil Qaary katanya; “Aku keluar bersama Umar bin Khatthab t di bulan Ramadhan menuju masjid (Nabawi). Sesampainya di sana, ternyata orang-orang sedang shalat secara terpencar; ada orang yang shalat sendirian dan ada pula yang menjadi imam bagi sejumlah orang. Maka Umar berkata: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya di malam yang lain, dan ketika itu orang-orang sedang shalat bersama imam mereka, maka Umar berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini, akan tetapi saat dimana mereka tidur lebih baik dari pada saat dimana mereka shalat”, maksudnya akhir malam lebih baik untuk shalat karena saat itu mereka shalatnya di awal malam.” (H.R. Malik)
Kita perlu sadar kita ini siapa? Setinggi apa derajat kita sehingga menyalahkan orang yang tarawih berjama’ah. Bukan kah Sayyidina Umar adalah salah satu sahabat yang sudah dijamin masuk surga oleh Nabi. Tidak pantas kita menyesat-nyesatkan amalan yang telah diunkapkan oleh seorang sahabat rasulullah. Ilmu kita tidak ada apa-apanya

4. Dzikir bersama
Dzikir ini biasa dilakukan selesai sholat berjama’ah yang dipimpin oleh imam / orang lain kemudian diikuti oleh jama’ah. Berikut dalilnya

“Dari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra bahwa keduanya telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati turun kepada mereka, dan Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

5. Adzan Jumat 2 Kali
Mayoritas masjid di Indonesia ini juga melakukan adzan sebanyak 2 kali, yaitu saat setelah adzan pertama, kemudian sholat qobliyah jum’at, lalu Khotib naik mimbar sejenak, barulah adzan kedua dikumandangkan. Berikut dalilnya

"Saib bin Yazid berkata: Adzan Jumat awalnya ketika Imam duduk di atas mimbar, di masa Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar dan Umar. Di masa Utsman ketika umat Islam semakin banyak, maka Utsman menambahkan adzan ketiga (2 adzan dan 1 iqamat) di Zaura', yaitu sebuah tempat di pasar Madinah." (Shahih al-Bukhari)

Sebenarnya masih banyak contoh bid’ah lainnya dan lebih banyak hadits akan tetapi saya berikan yang umum orang lakukan saja. Artikel i9ni hanya sebagai informasi saja bahwa malan-amalan diatas juga memiliki dalil. Kalaupun ada bantahan juga ya terserah saja. Akan tetapi sampai kapan bantah membantah ini terjadi? Energi kita habis untuk masalah yang seharusnya bisa saling memahami. Toh kita juga sholatnya sama, puasanya sama, zakatnya juga sama, dalam hal yang wajib kita sama. Kenapa lebih sibuk mencari perbedaan yang mengakibatkan perpecahan daripada mencari persamaan untuk mempererat persatuan. 

Didepan ada masalah yang lebih besar untuk dicari solusinya. Komunisme, Liberalisme, Sekulerisme, Kristenisasi ada dihadapan kita, mereka siap merong-rong aqidah kita, kalau kita tidak sibuik membahas itu-itu saja bagaimana kita menang

Semoga kedepan kita jadi hamba-hamba yang lebih baik dan menjadi umat islam yang saling memahami satu sama lain, Amiin

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dalil Bid'ah Hasanah"

Post a Comment